Jumat, 13 November 2015

makalah alat bantu metode observasi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
            Observasi atau pengamatan adalah salah satu metode dalam pengumpulan data. Tujuan dilakukannya observasi adalah memahami aktivitas-aktivitas yang berlangsung, menjelaskan siapa saja orang-orang yang terlibat di dalam suatu aktivitas, memahami makna dari suatu kejadian, serta mendeskripsikan setting yang terjadi pada suatu aktivitas. Namun pada dasarnya, observasi dilakukan untuk mengamati hal-hal yang kurang disadari oleh orang lain. Observasi merupakan metode yang paling mudah dalam pengumpulan data dan informasi bila dibandingkan dengan metode yang lain. Seorang pengamat atau observer harus memiliki pengetahuan yang cukup atas objek observasi, memahami tujuan-tujuan dilaksanakannya suatu penelitian, melakukan pengamatan secara kritis dan cermat, mencatat setiap gejala yang terjadi selama proses observasi, serta harus memiliki pengetahuan terhadap alat-alat ilmiah yang digunakan selama observasi.
            Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini pemakalah akan mencoba menjelaskan apa saja alat bantu pada metode observasi dan apa saja metode pencatatan pada observasi.
1.2 Rumusan Masalah
·         Apa saja alat bantu pada metode observasi?
·         Apa saja metode pencatatan pada observasi?
·         Apa saja persyaratan yang perlu dimiliki oleh observer?
1.3 Tujuan Penulisan
·         Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikodiagnostik II.
·         Mengetahui apa saja alat bantu pada metode observasi.
·         Mengetahui apa saja metode pencatatan pada observasi.
·         Mengetahui apa saja persyaratan yang perlu dimiliki oleh observer.



·                      
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Alat Bantu Observasi
            Ada beberapa alat bantu yang bisa dimanfaatkan oleh observer dalam menggunakan metode observasi, yaitu:
a)      Daftar riwayat kelakuan,
b)      Catatan berkala,
c)      Daftar cek (ceklist),
d)     Skala penilaian,
e)      Alat mekanik/elektrik (seperti: tape recorder, handphone, handycam, camera CCTV)
A. Daftar riwayat kelakuan
            Daftar riwayat kelakuan adalah catatan tentang tingkah laku individu yang dipandang istimewa dan luar biasa. Catatan semacam ini sebenarnya bukan hanya dilakukan oleh konselor, tetapi bisa saja dilakukan oleh guru bidang studi,wali kelas, bahkan kepala sekolah. Untuk kepentingan pemberian layanan yang mendekati tepat, ada baiknya konselor, observer juga mau memanfaatkan catatan-catatan yang dibuat oleh teman sejawat perihal perilaku konseli. Catatan ini amat penting artinya manakala konselor harus melakukan diagnosis dalam peroses konseling, sehingga terhindar dari salah diagnosis.

B. Catatan Berkala
            Catatan berkala adalah catatan yang dibuat pada saat tertentu tingkah laku seseorang, kemudian dijadikan bahan rujukan dalam melukisakan kesan-kesan umumnya.
            Menurut Sutrisno Hadi (1990), dalam catatan berkala ini, observer tidak mencatat macam-macam kejadian khusus sebagaimana pada observasi daftar riwayat kelakuan, tetapi hanya pada waktu-waktu tertentu saja. Apa yang dilakukan observer adalah mengobservasi cara-cara observee bertindak dalam jangka waktu tertentu, selanjutnya observer menuliskan kesan-kesan umumnya. Setelah itu observer menghentikan penyelidikannya, untuk pada saat yang lain mulai menyelidiki lagi dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Observasi dengan catatan berkala ini sudah tentu kurang dapat dipercaya dibandingkan dengan observasi anecdotal, karena penyelidik mungkin sekali telah melupakan banyak hal yang sedianya ia ingat ketika hendak dicatat pada akhir waktu penyelidikan.
Jadi, ada “permasalahan” seputar rentang waktu antar-pengamatan, antara pengamatan pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Permasalahan tersebut menyangkut kesesatan-kesesatan, baik ditinjau dari segi observer maupun observee (halo effects, generosity effects, dan carry-over effects sebagaimana pula dibahas pada pertemuan yang lalu).
Kata kuncinya :
·         Observer hanya mencatat pada waktu-waktu tertentu saja.
·          Mencatat kesan-kesan yang umum.
C.  Daftar  Cek (Cehklist)
            Check list atau daftar cek adalah pedoman observasi yang berisi tentang daftar semua aspek yang akan diobservasi, observer hanya perlu memberikan tanda ada atau tidak dengan tanda cek (√) tentang aspek observasi. Daftar cek adalah sejumlah kalimat pernyataan yang berhubungan denga diri konseli, atau sejumlah problem yang mungkin  dihadapi konseli. Dengan daftar ini konseli diharapkan memberi tanda cek ( v ) dibawah kolom yang menggambarkan sesuai atau tidak sesuai dengan dir mereka.

D.  Skala Penilaian (Rating skale)
            Skala penilaian ( rating skale ) adalah pencacatan gejala menurut tingkatan-tngkatannya. Bentuk cacatan ini bukan hanya menggambarkan ada atau tidaknya gejala pada subyek yang sedang diamati seperti data daftar cek , tetapi lebih dari itu berupaya menggambarkan kondisi subyek sesuai tingkatan-tingkatan gejalanya.
            Rating Scale adalah alat pengumpul data yang digunakan dalam observasi untuk menjelaskan, menggolongkan, menilai individu atau situasi. Rating Scale adalah alat pengumpul data yang berupa suatu daftar yang berisi ciri-ciri tingkah laku/sifat yang harus dicatat secra bertingka. Rating Scale merupakan sebuah daftar yang menyajikan sejumlah sifat atau sikap sebagai butir-butir atau item. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan pengertian Rating Scale adalah salah satu alat untuk memperoleh data yang berupa suatu daftar yang berisi tentang sfat/ciri-ciri tingkah laku yang ingin diselidiki yang harus dicatat secara bertingkat.
            Penilaian yang diberikan oleh observer berdasarkan observasi spontan terhadap perilaku orang lain, yang berlangsung dalam bergaul dan berkomunikasi sosial dengan orang itu selama periode waktu tertentu. Unsur penilaian terdapat dalam pernyataan pandangan pribadi dari orang yang menilai subyek tertentu pada masing-masing sifat atau sikap yang tercantum dalam daftar. Penilaian itu dituangkan dalam bentuk penentuan gradasi antara sedikit sekali dan banyak sekali atau antara tidak ada dan sangat ada.
            Karena penilaian yang diberikan merupakan pendapat pribadi dari pengamat dan bersifat subyektif, skala penilaian yang diisi oleh satu pengamat saja tidak berarti untuk mendapatkan gambaran yang agak obyektif tentang orang yang dinilai. Untuk itu dibutuhkan beberapa skala penilaian yang diisi oleh beberapa orang, yang kemudian dipelajari bersama-sama untuk mendapatkan suatu diskripsi tentang kepribadian seseorang yang cukup terandalkan dan sesuai dengan kenyataan.
Kegunaan Pemakaian Rating Scale
            Hasil observasi dapat dikuantifikasikan beberapa pengamat menyatakan penilaiannya atas seorang siswa terhadap sejumlah alat/sikap yang sama sehingga penilaian-penilaian itu ( ratings ) dapat dikombinasikan untuk mendapatkan gambaran yang cukup terandalkan.
Kesalahan-kesalahan dalam Rating Scale
1) Pengamat membuat generalisasi mengenai sikap atau sifat seseorang karena bergaul akrab dengan siswa
2) Pengamat tidak berani untuk memberikan penilaian sangat baik atau sangat kurang dan karena itu menilai suatu item dalam daftar pada gradasi cukupan (error ofcentral tendency ).
3) Pengamat membiarkan dirinya terpengaruh oleh penilaiannya terhadap satu dua sikap atau sifat yang dinilai sangat baik atau sangat kurang, sehingga penilaiannyaterhadap item-item lain cenderung jatuh pula pada gradasi sangat baik atau sangat kurang ( hallo effect ). Misalnya bila guru sudah mempunyai kesan negatif terhadap seorang siswa ( A ) yang penampilannya kurang menarik dan kemudian memilih gradasi kurang pada item-item yang lain.
4) Pengamat tidak menangkap maksud dari butir-butir dalam daftar dan kemudian mengartikannya menurut interprestasi sendiri ( logical error )
5) Pengamat kurang memisahkan jawaban terhadap butir yang satu dari jawaban terhadap butir yang lain ( carry over effect ).

E.  Alat-alat mekanik / elektrik
            Alat-alat bantu mekanik adalah alat bantu berupa barang – barang elektronik yang dingunakan observer untuk membantunya dalam mendapatkan informasi. Alat bantu mekanik dapat berupa tape recorder, handphone, handycam, camera, dan CCTV.

2.2 Metode Pencatatan
            Observasi merupakan salah satu metode assessment yang dilakukan dengan cara mengamati dan merekam sebuah perilaku yang bertujuan untuk mendapatkan data tentang sebuah masalah, sehingga didapatkan pembuktian terhadap informasi yang diperoleh. Dalam observasi diperlukan beberapa metode dan teknik, baik dalam pelaksanaan maupun dalam pencatatan data observasi itu sendiri, agar tujuan assesment tersebut dapat tercapai. Sattler (2002) menguraikan beberapa teknik dalam pencatatan data observasi, yaitu
A. Data Narasi
            Data narasi terdiri dari suatu bentuk data mentah yang hanya memiliki makna setelah diterjemahkan kedalam kategori-kategori atau bentuk numeric. Biasanya narasi ditujukan untuk menyajikan kejadian-kejadian perilaku dalam bentuk tertulis dengan cara yang sama, dan dalam urutan yang sama, sebagaimana yang sesungguhnya terjadi, seringkali tanpa makna interpretative. Pada kenyataannya, observer bersifat selektif dalam observasinya sehingga tidak semua kejadian dapat dicatat dan banyak peneliti menemukan bahwa tanpa kesimpulan, interpertasi data narasi menjadi sulit dianalisis.
            Biasanya, narasi digunakan untuk menggambarkan episode-episode khusus ketika hal itu dimulai, dipertengahan dan pada akhirnya. Sebelumnya kita harus sudah membuat keputusan-keputusan mengenai pertanyaan apa yang ingin diteliti, ukuran dari untuk perilaku ( apakah molar atau molekular atau malah kombinasi keduanya). Dalam mencatat laporan haruslah selengkap mungkin. Makin banyak yang bisa dicatat akan semakin baik. Detail dari setting juga hrus dimasukkan dan disebutkan kapan dan dimana perilaku terjadi dan dalam kondisi yang bagaimana.
            Laporan harus subjektif dan seakurat mungkin. Lebih baik mengatakan ‘dia meninggalkan ruang, mengepalkan tangan dan mengertakkan rahang, membanting pintu, di belakangnya dengan berisik, dari pada mengatakan, ‘ dia meninggalkan ruangan dengan marah’. Perhatikan bahwa penjabaran pada level molekular yang memberi isyaat-isyarat mengenai suasana emosinya. Terkadang lebih sulit untuk mengkomunikasikan makna tanpa lebel-label penilaian.
            Kelebihan narrative recording:
·         Menyediakan sebuah pencatatan dari perilaku dan kesan-kesan umum
·         Menjaga keaslian dari rangkaian perilaku
·         Mengumpulkan perilaku dan menemukan kritik perilaku
·         Memungkinkan meneliti progres perilaku
·         Mencatata perilaku yang sukar diselidiki
·         Membutuhkan sedikit peralatan
·         Awal yang baik untuk prosedur penelitian yang sistematis
           


            Kelemahan:
·         Tidak cocok untuk data kuantitatif
·         Sulit untuk divalidasi
·         Tidak mendeskripsikan secara penuh beberapa tipe dari perilaku kritis
·         Sulit digeneralisasi
·         Memungkinkan terjadinya perbedaan antar pengamat satu dengan pengamat yang lain
B. Data Videotape
            Metode videotape dilakukan dengan cara merekam setiap hal dari perilaku spesifik (specific behavior) atau kejadian-kejadian yang ingin diukur selama periode observasi. Data videotape merekam perilaku sampel, dimana unit pengukurannya adalah perilaku. Dengan kata lain, observer menuggu perilaku atau kejadian yang ingin diukur itu muncul kemudian mencatatnya
            Dengan perkembangan kamera yang sekarang terdapat dimana-mana, banyak penelitian menggunakan kamera yang dapat diputar ulang sehingga memungkinkan analisis pada level yang lebih detail dan reliabel. Akan tetapi ada sejumlah faktor yang harus dipertimbangkan jika ingin menggunakan video-recording. Para subjek sering bergerak kecuali jika disuruh duduk atau dalam situasi, seperti rapat, diaman kita dapat mengantisipasi bahwa mereka akan tetap duduk. Dalam situasi alami orang lain mungkin akan berada diantara kamera dan subjek sehingga kemungkinan akan kehilangan informasi penting.
            Saat ini banyak orang yang terbiasa untuk difilmkan; oleh sekuriti dibank atau pertokoan misalnya, oleh saudara, atau crew film. Memrilmkan seseorang ditempat umum juga memiliki implikasi etis dan hukum khususnya.ketika orang yang difilmkan tidak menyadari bahwa ia menjadi objek penelitian.
            Kelebihan :
·         Mengukur atau melihat perilaku dengan frekuensi yang rendah atau jarang, dan oleh orang yang sehari-hari berada dalam setting observasi
·         Memudahkan dalam mempelajari banyak perilaku atau peristiwa yang berbeda
·         Lebih efisien
·         Dapat menggunakan bermacam-macam cara pencatatan data yang berbeda
·          Memberikan informasi mengenai perubahan perilaku dari waktu ke waktu dan total jumlah perilaku
            Kelemahan :
·         Tidak memberikan pola perilaku yang sifatnya sementara
·         Sulit untuk mencapai reliabilitas antar observer
·         Tidak cocok untuk melihat perilaku yang tidak diskrit
·         Observer harus dapat mempertahankan konsentrasi dalam waktu yang lebih lama
·         Membuat perbandingan antar event satu dengan event yang lain akan sulit ketika periode waktunya tidak sama
C. Data Checklist
            Metode Checklist adalah salah satu metode informal observasi dimana observer sudah menentukan indikator perilaku yang akan di observasi dari subjek dalam satu tabel. Checklist merupakan metode dengan dua cara pencatatan yaitu tebuka dan tertutup. Metode ini memiliki derajat selektivitas yang tinggi karena perilaku yang diamati sudah sangat selektif, juga memiliki derajat inferensi yang tinggi karena observer hanya fokus pada kategori perilaku yang sudah ditentukan saja.
            Checklist digunakan untuk mengklasifikasi dan mengukur frekuensi dan durasi dari perilaku selama periode observasi dan dapat juga digunakan untuk mengobservasi materi dari video-recorder menjadi data. Checklist biasanya berisi jumlah unit perilaku atau kategori-kategori dengan deskripsi jelas untuk setiap unitnya. Selanjutnya, tergantung pada karakteristik dari unit perilaku dan apa yang peneliti ketahui, observer dapat mencatat keberdaan atau ketiadaan dari perilaku ( frekwensi ) atau lamanya kejadian (durasi) dalam hubungannya dengan perilaku yang ingin diteliti. Jika perilaku yang ingin dilihat adalah molar, pengukuran frekwensi dan durasi dapat dibuat secara langsung dari observasi. Dengan unti molacular, seperti pandangan sekilas atau perubahan posisi tubuh, akan lebuh mudah jika observasi direkam dengan videotape. Hal ini juga memberi keuntungan karena memungkinkan untuk memberi kode pada berbagai perilaku.
            Keuntungan :
·         Metode Checklist adalah sederhana untuk dilakukan. Selain itu, metode dengan adanya pencatatan pada diskripsi memungkinkan observer mengetahui konteks perilaku secara lengkap.
            Kelemahan:
·         Dari metode ini adalah metode ini sedikit menguras energi, karena selain observer mencantumkan koding pada tabel yang sudah disediakan, observer juga harus memberikan diskripsi perilakunya.


D. Data Frekwensi
            Data frekwensi diperoleh dengan menghitung jumlah dari waktu terjadinya suatu perilaku selama periode obervasi. Hal ini dapat diwujudkan dalam bentuk satuan permenit, perjam atau perhari sehingga memungkinkan untuk membandingkan – bandingkan antar satu periode observasi lainnya dalam waktu yang berbeda. Pengukuran frekwensi dapat dicatat dengan alat penghitung mekanik sederhana dan relative mudah dilakukan terutama karena kita dapat melihatnya secara langsung, dan jika telah memiliki defenisi yang jelas dan tidak ambigu. Jika kita tidak dapat mengidentifikasikannya ketika suatu perilaku dimulai, maka kita tidak dapat mengkodekannya secar reliabel. Akan tetapi, pengukuran frekwensi tidak dapat memberi informasi mengenai durasi, intensitas maupun kualitas dari perilaku.
            Kelebihan :
·         Tingkat keakuratannya tinggi
·         Pengukuran bersifat pasti sehingga kesalahan pengukuran sangat kecil atau bahkan tidak ada.
            Kelemahan :
·         Membutuhkan waktu yang lama dalam mengobservasi.
·         Membutuhkan perhatian observer yang konstan dan hanya bisa dilakukan untuk variabel yang kecil saja atau satu.


E. Durasi
            Pencatatan durasi adalah pencatatan lama waktu setiap kali respon tersebut muncul, tidak hanya mencatat waktu kemunculan tetapi juga waktu yang dibutuhkan oleh subjek untuk melakukan respon tersebut. Data dilaporkan dalam bentuk peresentasi waktu untuk setiap respon tertentu yang muncul.
            Ketika suatu perilaku terjadi dalam rangkaian waktu yang lebih panjang seperti misalnya, respon terhadap pernyatan-pernyataan atau perilaku ‘gugup’  seperti menarik-narik rambut, maka hal itu akan lebih baik jika menggunakan pengukuran durasi. Seperti halnya frekwensi, kita harus dapat mengatakan kapan suatu perilaku dimulai dan kapan perilaku itu berhenti. Respon pengukuran durasi dapat ditraformasikan kedalam data frekwensi, presentase dari total waktu dan rata-rata lamanya respon tersebut. Sebagai tambahan dari pengukuran terhadap durasi dari respon itu sendiri, kita dapat juga mengukur waktu antara stimulus spesifik dengan respon atau disebut juga ‘period laten’. Sebagai contoh, waktu antara akhir dari suatu pernyataan dan awal suatu respon, atau disebut juga waktu antar respon (inter-respon time). Pengukuran waktu (stopwatch) atau jam pada vodeotape dapat digunkan untuk mengukur durasi waktu.

F.  Pencatatan Interval
            Sattler (2002) menjelaskan bahwa interval recording biasa juga disebut dengan time sampling, interval sampling, atau interval time sampling, dimana pencatatan tersebut merupakan salah satu teknik observasi yang berfokus pada perilaku spesifik dalam interval waktu tertentu. Dalam interval recording, pencatatan dilakukan pada perode interval yang sama dan observer mencatatan sejumlah perilaku yang muncul selama interval tertentu.
Terdapat beberapa prosedur pada interval recording, yaitu:
1.      Partial – interval time sampling, yaitu observer mencatat perilaku hanya sekali, dengan mengabaikan berapa lama itu berakhir atau berapa banyak waktu yang dibutuhkan pada interval tersebut.
2.      whole – interval time sampling, yaitu observer mencatat perilaku hanya pada waktu interval dimulai dan diakhir interval tersebut. Metode ini pada umumnya digunakan ketika kita ingin mengetahui perilaku mana yang dimunculkan subyek secara terus menerus dalam satu interval.
3.      point time interval sampling, yaitu observer mencatat perilaku hanya pada waktu spesifik dalam interval tertentu. sebagai contoh : observer mungkin mencatat perilaku yang spesifik, apabila prilaku itu muncul pada 10 detik pertama dalam satu jam.
4.      Momentary time interval sampling, yaitu observer mencatat perilaku hanya pada moment, interval dimulai dan diakhiri. sebagai contoh, apabila interval waktu 30 detik, kamu mencatat hanya perilaku yang diobservasi pada akhir interval 30 detik tersebut. kita dapat menggunakan prosedur ini untuk sebuah kelompok subyek.
5.      Variabel interoccasion interval sampling, yaitu observer mencatat perilaku yang hanya terjadi selama waktu yang dipilih secara acak dalam interval
ð       Jam pertama – menit ke 30 sampai menit ke 31
ð       Jam kedua – menit ke 20 sampai menit ke 21
ð        Jam ketiga – menit ke 2 sampai menit ke 3
ð       Jam keempat – menit ke 59 sampai menit ke 60
            beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika hendak melakukan interval recording, observer harus memutuskan .
a)      jumlah waktu yang digunakan untuk mengobeservasi subyek.
b)       panjangnya periode observasi,
c)      periode waktu selama observasi yang akan diselenggarakan,
d)      tipe interval recording yang ingin digunakan,
e)      panjangnya interval observasi,
f)       panjangnya pencatatan interval, apabila dibutuhkan,
g)      target perilaku yang ingin diobservasi,
h)      metode pencatatan data.

            Keuntungan Interval Recording
·         membantu menggambarkan waktu yang penting-hubungan perilaku.
·         memfasilitasi pemeriksaan untuk realibilitas interobserver.
·         membantu memastikan perilaku yang ditemukan pada saat observasi dalam jangka waktu yang sama.
·         menggunakan waktu yang efisien.
·         fokus pada perhatian observer pada perilaku subyek.
·         Membantu mengumpulkan sejumlah besar   observasi dalam periode waktu singkat
            Kelemahan Interval Recording
·         Perilaku yang diobservasi tampak berurutan, karena interval waktu- bukan karena perilaku tersebut.
·         Hubungan antar perilaku dan permasalahan terlihat berlebihan
·         tidak mengungkapkan frekuensi secara actual atau durasi dari perlaku.

G.  Rating
            Sattler (2002) menjelaskan bahwa pada rating recording, observer merate perilaku pada skala atau checklist, yang terkadang pada akhir periode observasi. Setelah skala dirancang, observer dapat mengindikasikan derajat (a). Atribut yang telah diobservasi (e.g comparatif, agresif) atau (b). Kita merasa atribut tersebut terdapat pada subyek. Nilai yang dihasilkan berupa nilai ordinal.
            Rating recording digunakan untuk mengevaluasi aspek global perilaku dan untuk mengkuantifikasi sebuah kesan. The behavioral and attitude checklist, merupakan salah satu prosedur rating yang dapat digunakan untuk menilai perilaku ketika kita mengadministrasikan tes. Rating scale digunakan untuk asesmen perilaku atau produk yang susah untuk diukur secara langsung. Sebagai contoh, kita dapat menggunakan rating scale yang memiliki range dari sangat lemah  dengan nilai (1) ke excellent nilai (7) untuk menilai kemampuan membaca tulisan tangan.
            Keuntungan rating:
·         Memungkinkan sudut pandang umum
·         Memungkinkan untuk mencatat beberapa perilaku yang berbeda
·         Dapat digunakan untuk menilai perilaku pada beberapa individu atau kelompok
·         Dapat mencatat aspek kualitatif perilaku
·         Data di generalisasikan pada data statistikal
·         Waktunya efisien
            Kelemahan rating recording
·         Harga skala yang digunakan mungkin berdasarkan pada asumsi yang tidak jelas
·         Memiliki reliabel interobserver yang lemah karena interpretasi yang berbeda tiap observer.
·         Tidak cocok mencatat informasi kuantitatif yang penting, seperti frekuensi, durasi atau latensi perilaku.
·         Tidak akurat apabila ada penundaan waktu antara perilaku yang diobservasi dan nilai observer terhadap perilaku.

            Agar observasi bisa memperoleh hasil yang maksimal, hanna djumhana (1983) dan ellis, CM (2004) menunjukan beberapa persyaratan yang perlu dimiliki oleh observer yaitu:
1.      Mengingat esensi observer adalah melakukan pengamatan dengan memanfaatkan pancaindra, oleh sebab itu observer harus memiliki panca indra yang baik. Dalam kegiatan konseling, lazimnya indra mata dan telinga berperan dari pada indra lain.
2.      Observer perlu memiliki motivasi dan kesediaan untuk melakukan observasi. Kondisi seperti ini perlu selalu dikembangkan karena hal ini mendorong adanya perhatian dan sikap waspada dalam melakukan observasi. Untuk memelihara dan meningkatkan motivasi untuk melakukan observasi, individu perlu selalu menyadari bahwa melalui observasi bisa mengumpulkan data kualitatif berkenaan dengan gejala yang diamatinya.
3.      Pengetahuan dan pengalaman melakukan observasu perlu dikembangkan, yaitu: (1) mengkaji teeori, (2) pelatihan teknik-teknik observasi, dan (3) melatih diri menerapkan dalam suasana konseling dan dalam kehidupan sehari-hari.
4.      Observasi seyogyanya mengambil sikap netral, bebas prasangka, dan tidak terlalu cepat mengambil simpulan . hal yang dipandang penting sebab prasangka sering menimbulkan berbagai penyimpangan dan salah sangka yang menyebabkan gambaran yang salah mengenai gejala yang diamati. Dalam observasi, kesan-kesan yang diperoleh seyogyanya selalu diperiksa kembali dengan bahan dan atau sumber yang lain ( tringulasi ), sebab bisa jadi kesan tersebut baru dugaan sementara.
5.      Dalam melakukan observasi, sebaiknya observer juga memperhatikan kondisi tubuhnya, sebab dalam kondisi terlalu lelah, sakit,  dan tidak berminat, mengakibatkan hasil observasi kurang optimal.
6.      Ada baiknya jika observer utamanya konselor dan peneliti kualitatif mengenal latar belakang sosial budaya dan agama konseli dengan baik, sebab dengan pemahaman itu memungkinkan observer memahami makna yang sebenarnya dibalik perilaku yang nampak.
7.      Khusus bagi konselor, dalam situasi konseling seyogyanya mampu menciptakan relasi (repport) yang baik dengan konseling agar terjadi suasana akrab, dengan demikian diharapkan konseli dapat dengan sepenuh hati mengungkapkan dirinya sebagaimana adanya.
8.      Hal lain yang juga perlu diperhatikan konselor adalah sesegera mungkin mencatat data observasi sebelum lupa.


9.       
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada beberapa alat bantu yang bisa dimanfaatkan oleh observer dalam menggunakan metode observasi, yaitu:
a)      Daftar riwayat kelakuan,
b)      Catatan berkala,
c)      Daftar cek (ceklist),
d)     Skala penilaian,
e)      Alat mekanik/elektrik (seperti: tape recorder, handphone, handycam, camera CCTV)

            Observasi merupakan salah satu metode assessment yang dilakukan dengan cara mengamati dan merekam sebuah perilaku yang bertujuan untuk mendapatkan data tentang sebuah masalah, sehingga didapatkan pembuktian terhadap informasi yang diperoleh. Dalam observasi diperlukan beberapa metode dan teknik, baik dalam pelaksanaan maupun dalam pencatatan data observasi itu sendiri, agar tujuan assesment tersebut dapat tercapai. Sattler (2002) menguraikan beberapa teknik dalam pencatatan data observasi, yaitu:
·         Data narasi
·         Data videotape
·         Checklist
·         Data frekwensi
·         Durasi
·         Pencatatan interval
·         Rating



DAFTAR PUSTAKA
http://kerakukirakurakura.blogspot.com/2010/03/my-first-blog.html          
http://dunia-penelitian.blogspot.com/2011/12/teknik-pencatatan-perekaman-data-dalam.html
Satteler, J. M. 2002. Assesment of children behavioral and clinical applications fourth edition. Publiser, Inc: San Diego.
http://pemudaumat.blogspot.com/2012/11/meotde-observasi-psikologi-check-list.html