BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Observasi atau
pengamatan adalah salah satu metode dalam pengumpulan data. Tujuan
dilakukannya observasi adalah memahami aktivitas-aktivitas yang berlangsung,
menjelaskan siapa saja orang-orang yang terlibat di dalam suatu aktivitas,
memahami makna dari suatu kejadian, serta mendeskripsikan setting yang terjadi
pada suatu aktivitas. Namun pada dasarnya, observasi dilakukan untuk mengamati
hal-hal yang kurang disadari oleh orang lain. Observasi merupakan metode yang
paling mudah dalam pengumpulan data dan informasi bila dibandingkan dengan
metode yang lain. Seorang pengamat atau observer harus
memiliki pengetahuan yang cukup atas objek observasi, memahami tujuan-tujuan
dilaksanakannya suatu penelitian, melakukan pengamatan secara kritis dan
cermat, mencatat setiap gejala yang terjadi selama proses observasi, serta
harus memiliki pengetahuan terhadap alat-alat ilmiah yang digunakan selama
observasi.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini pemakalah akan
mencoba menjelaskan apa saja alat bantu pada metode observasi dan apa saja
metode pencatatan pada observasi.
1.2
Rumusan Masalah
·
Apa saja alat bantu pada metode
observasi?
·
Apa saja metode pencatatan pada
observasi?
·
Apa saja persyaratan yang perlu dimiliki
oleh observer?
1.3
Tujuan Penulisan
·
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikodiagnostik II.
·
Mengetahui apa saja alat bantu pada
metode observasi.
·
Mengetahui apa saja metode pencatatan
pada observasi.
·
Mengetahui apa saja persyaratan yang
perlu dimiliki oleh observer.
·
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Alat Bantu Observasi
Ada beberapa alat bantu yang bisa dimanfaatkan oleh
observer dalam menggunakan metode observasi, yaitu:
a)
Daftar riwayat kelakuan,
b)
Catatan berkala,
c)
Daftar cek (ceklist),
d)
Skala penilaian,
e)
Alat mekanik/elektrik (seperti: tape
recorder, handphone, handycam, camera CCTV)
A.
Daftar riwayat kelakuan
Daftar riwayat kelakuan adalah catatan tentang tingkah
laku individu yang dipandang istimewa dan luar biasa. Catatan semacam ini
sebenarnya bukan hanya dilakukan oleh konselor, tetapi bisa saja dilakukan oleh
guru bidang studi,wali kelas, bahkan kepala sekolah. Untuk kepentingan
pemberian layanan yang mendekati tepat, ada baiknya konselor, observer juga mau
memanfaatkan catatan-catatan yang dibuat oleh teman sejawat perihal perilaku
konseli. Catatan ini amat penting artinya manakala konselor harus melakukan
diagnosis dalam peroses konseling, sehingga terhindar dari salah diagnosis.
B.
Catatan Berkala
Catatan berkala adalah catatan yang dibuat pada saat
tertentu tingkah laku seseorang, kemudian dijadikan bahan rujukan dalam
melukisakan kesan-kesan umumnya.
Menurut Sutrisno Hadi (1990), dalam catatan berkala ini,
observer tidak mencatat macam-macam kejadian khusus sebagaimana pada observasi
daftar riwayat kelakuan, tetapi hanya pada waktu-waktu tertentu saja. Apa yang
dilakukan observer adalah mengobservasi cara-cara observee bertindak dalam
jangka waktu tertentu, selanjutnya observer menuliskan kesan-kesan umumnya.
Setelah itu observer menghentikan penyelidikannya, untuk pada saat yang lain
mulai menyelidiki lagi dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Observasi
dengan catatan berkala ini sudah tentu kurang dapat dipercaya dibandingkan
dengan observasi anecdotal, karena penyelidik mungkin sekali telah melupakan
banyak hal yang sedianya ia ingat ketika hendak dicatat pada akhir waktu
penyelidikan.
Jadi, ada
“permasalahan” seputar rentang waktu antar-pengamatan, antara pengamatan
pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Permasalahan tersebut menyangkut
kesesatan-kesesatan, baik ditinjau dari segi observer maupun observee (halo
effects, generosity effects, dan carry-over effects sebagaimana pula dibahas
pada pertemuan yang lalu).
Kata kuncinya :
·
Observer hanya mencatat pada waktu-waktu
tertentu saja.
·
Mencatat kesan-kesan yang umum.
C.
Daftar
Cek (Cehklist)
Check list atau daftar cek adalah pedoman observasi yang
berisi tentang daftar semua aspek yang akan diobservasi, observer hanya perlu
memberikan tanda ada atau tidak dengan tanda cek (√) tentang aspek observasi.
Daftar cek adalah sejumlah kalimat pernyataan yang berhubungan denga diri
konseli, atau sejumlah problem yang mungkin dihadapi konseli. Dengan
daftar ini konseli diharapkan memberi tanda cek ( v ) dibawah kolom yang
menggambarkan sesuai atau tidak sesuai dengan dir mereka.
D.
Skala Penilaian (Rating skale)
Skala penilaian ( rating skale ) adalah pencacatan gejala
menurut tingkatan-tngkatannya. Bentuk cacatan ini bukan hanya menggambarkan ada
atau tidaknya gejala pada subyek yang sedang diamati seperti data daftar cek ,
tetapi lebih dari itu berupaya menggambarkan kondisi subyek sesuai
tingkatan-tingkatan gejalanya.
Rating Scale adalah alat pengumpul data yang digunakan
dalam observasi untuk menjelaskan, menggolongkan, menilai individu atau situasi.
Rating Scale adalah alat pengumpul data yang berupa suatu daftar yang berisi
ciri-ciri tingkah laku/sifat yang harus dicatat secra bertingka. Rating Scale
merupakan sebuah daftar yang menyajikan sejumlah sifat atau sikap sebagai
butir-butir atau item. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan
pengertian Rating Scale adalah salah satu alat untuk memperoleh data yang
berupa suatu daftar yang berisi tentang sfat/ciri-ciri tingkah laku yang ingin
diselidiki yang harus dicatat secara bertingkat.
Penilaian yang diberikan oleh observer berdasarkan
observasi spontan terhadap perilaku orang lain, yang berlangsung dalam bergaul
dan berkomunikasi sosial dengan orang itu selama periode waktu tertentu. Unsur
penilaian terdapat dalam pernyataan pandangan pribadi dari orang yang menilai
subyek tertentu pada masing-masing sifat atau sikap yang tercantum dalam
daftar. Penilaian itu dituangkan dalam bentuk penentuan gradasi antara sedikit
sekali dan banyak sekali atau antara tidak ada dan sangat ada.
Karena penilaian yang diberikan merupakan pendapat
pribadi dari pengamat dan bersifat subyektif, skala penilaian yang diisi oleh
satu pengamat saja tidak berarti untuk mendapatkan gambaran yang agak obyektif
tentang orang yang dinilai. Untuk itu dibutuhkan beberapa skala penilaian yang
diisi oleh beberapa orang, yang kemudian dipelajari bersama-sama untuk
mendapatkan suatu diskripsi tentang kepribadian seseorang yang cukup
terandalkan dan sesuai dengan kenyataan.
Kegunaan Pemakaian
Rating Scale
Hasil observasi dapat dikuantifikasikan beberapa pengamat
menyatakan penilaiannya atas seorang siswa terhadap sejumlah alat/sikap yang
sama sehingga penilaian-penilaian itu ( ratings ) dapat dikombinasikan untuk
mendapatkan gambaran yang cukup terandalkan.
Kesalahan-kesalahan
dalam Rating Scale
1) Pengamat membuat
generalisasi mengenai sikap atau sifat seseorang karena bergaul akrab dengan
siswa
2) Pengamat tidak
berani untuk memberikan penilaian sangat baik atau sangat kurang dan karena itu
menilai suatu item dalam daftar pada gradasi cukupan (error ofcentral tendency
).
3) Pengamat membiarkan
dirinya terpengaruh oleh penilaiannya terhadap satu dua sikap atau sifat yang
dinilai sangat baik atau sangat kurang, sehingga penilaiannyaterhadap item-item
lain cenderung jatuh pula pada gradasi sangat baik atau sangat kurang ( hallo
effect ). Misalnya bila guru sudah mempunyai kesan negatif terhadap seorang
siswa ( A ) yang penampilannya kurang menarik dan kemudian memilih gradasi
kurang pada item-item yang lain.
4) Pengamat tidak
menangkap maksud dari butir-butir dalam daftar dan kemudian mengartikannya
menurut interprestasi sendiri ( logical error )
5) Pengamat kurang
memisahkan jawaban terhadap butir yang satu dari jawaban terhadap butir yang
lain ( carry over effect ).
E.
Alat-alat mekanik / elektrik
Alat-alat bantu mekanik adalah alat bantu berupa barang –
barang elektronik yang dingunakan observer untuk membantunya dalam mendapatkan
informasi. Alat bantu mekanik dapat berupa tape recorder, handphone, handycam,
camera, dan CCTV.
2.2
Metode Pencatatan
Observasi merupakan salah satu metode assessment yang dilakukan dengan cara
mengamati dan merekam sebuah perilaku yang bertujuan untuk mendapatkan data
tentang sebuah masalah, sehingga didapatkan pembuktian terhadap informasi yang
diperoleh. Dalam observasi diperlukan beberapa metode dan teknik, baik dalam
pelaksanaan maupun dalam pencatatan data observasi itu sendiri, agar tujuan
assesment tersebut dapat tercapai. Sattler (2002) menguraikan beberapa teknik
dalam pencatatan data observasi, yaitu
A.
Data Narasi
Data narasi terdiri dari suatu bentuk data mentah yang
hanya memiliki makna setelah diterjemahkan kedalam kategori-kategori atau
bentuk numeric. Biasanya narasi ditujukan untuk menyajikan kejadian-kejadian
perilaku dalam bentuk tertulis dengan cara yang sama, dan dalam urutan yang
sama, sebagaimana yang sesungguhnya terjadi, seringkali tanpa makna
interpretative. Pada kenyataannya, observer bersifat selektif dalam
observasinya sehingga tidak semua kejadian dapat dicatat dan banyak peneliti
menemukan bahwa tanpa kesimpulan, interpertasi data narasi menjadi sulit
dianalisis.
Biasanya, narasi digunakan untuk menggambarkan
episode-episode khusus ketika hal itu dimulai, dipertengahan dan pada akhirnya.
Sebelumnya kita harus sudah membuat keputusan-keputusan mengenai pertanyaan apa
yang ingin diteliti, ukuran dari untuk perilaku ( apakah molar atau molekular
atau malah kombinasi keduanya). Dalam mencatat laporan haruslah selengkap
mungkin. Makin banyak yang bisa dicatat akan semakin baik. Detail dari setting
juga hrus dimasukkan dan disebutkan kapan dan dimana perilaku terjadi dan dalam
kondisi yang bagaimana.
Laporan harus subjektif dan seakurat mungkin. Lebih baik
mengatakan ‘dia meninggalkan ruang, mengepalkan tangan dan mengertakkan rahang,
membanting pintu, di belakangnya dengan berisik, dari pada mengatakan, ‘ dia
meninggalkan ruangan dengan marah’. Perhatikan bahwa penjabaran pada level
molekular yang memberi isyaat-isyarat mengenai suasana emosinya. Terkadang
lebih sulit untuk mengkomunikasikan makna tanpa lebel-label penilaian.
Kelebihan narrative recording:
·
Menyediakan sebuah pencatatan dari
perilaku dan kesan-kesan umum
·
Menjaga keaslian dari rangkaian perilaku
·
Mengumpulkan perilaku dan menemukan
kritik perilaku
·
Memungkinkan meneliti progres perilaku
·
Mencatata perilaku yang sukar diselidiki
·
Membutuhkan sedikit peralatan
·
Awal yang baik untuk prosedur penelitian
yang sistematis
Kelemahan:
·
Tidak cocok untuk data kuantitatif
·
Sulit untuk divalidasi
·
Tidak mendeskripsikan secara penuh
beberapa tipe dari perilaku kritis
·
Sulit digeneralisasi
·
Memungkinkan terjadinya perbedaan antar
pengamat satu dengan pengamat yang lain
B.
Data Videotape
Metode videotape dilakukan dengan cara merekam setiap hal
dari perilaku spesifik (specific behavior) atau kejadian-kejadian yang ingin
diukur selama periode observasi. Data videotape merekam perilaku sampel, dimana
unit pengukurannya adalah perilaku. Dengan kata lain, observer menuggu perilaku
atau kejadian yang ingin diukur itu muncul kemudian mencatatnya
Dengan perkembangan kamera yang sekarang terdapat
dimana-mana, banyak penelitian menggunakan kamera yang dapat diputar ulang
sehingga memungkinkan analisis pada level yang lebih detail dan reliabel. Akan
tetapi ada sejumlah faktor yang harus dipertimbangkan jika ingin menggunakan
video-recording. Para subjek sering bergerak kecuali jika disuruh duduk atau
dalam situasi, seperti rapat, diaman kita dapat mengantisipasi bahwa mereka
akan tetap duduk. Dalam situasi alami orang lain mungkin akan berada diantara
kamera dan subjek sehingga kemungkinan akan kehilangan informasi penting.
Saat ini banyak orang yang terbiasa untuk difilmkan; oleh
sekuriti dibank atau pertokoan misalnya, oleh saudara, atau crew film.
Memrilmkan seseorang ditempat umum juga memiliki implikasi etis dan hukum
khususnya.ketika orang yang difilmkan tidak menyadari bahwa ia menjadi objek
penelitian.
Kelebihan :
·
Mengukur atau melihat perilaku dengan
frekuensi yang rendah atau jarang, dan oleh orang yang sehari-hari berada dalam
setting observasi
·
Memudahkan dalam mempelajari banyak
perilaku atau peristiwa yang berbeda
·
Lebih efisien
·
Dapat menggunakan bermacam-macam cara
pencatatan data yang berbeda
·
Memberikan informasi mengenai perubahan
perilaku dari waktu ke waktu dan total jumlah perilaku
Kelemahan :
·
Tidak memberikan pola perilaku yang
sifatnya sementara
·
Sulit untuk mencapai reliabilitas antar
observer
·
Tidak cocok untuk melihat perilaku yang
tidak diskrit
·
Observer harus dapat mempertahankan
konsentrasi dalam waktu yang lebih lama
·
Membuat perbandingan antar event satu
dengan event yang lain akan sulit ketika periode waktunya tidak sama
C.
Data Checklist
Metode Checklist adalah salah satu metode informal
observasi dimana observer sudah menentukan indikator perilaku yang akan di
observasi dari subjek dalam satu tabel. Checklist merupakan metode dengan dua
cara pencatatan yaitu tebuka dan tertutup. Metode ini memiliki derajat
selektivitas yang tinggi karena perilaku yang diamati sudah sangat selektif,
juga memiliki derajat inferensi yang tinggi karena observer hanya fokus pada
kategori perilaku yang sudah ditentukan saja.
Checklist digunakan untuk mengklasifikasi dan mengukur
frekuensi dan durasi dari perilaku selama periode observasi dan dapat juga
digunakan untuk mengobservasi materi dari video-recorder menjadi data.
Checklist biasanya berisi jumlah unit perilaku atau kategori-kategori dengan
deskripsi jelas untuk setiap unitnya. Selanjutnya, tergantung pada
karakteristik dari unit perilaku dan apa yang peneliti ketahui, observer dapat
mencatat keberdaan atau ketiadaan dari perilaku ( frekwensi ) atau lamanya
kejadian (durasi) dalam hubungannya dengan perilaku yang ingin diteliti. Jika
perilaku yang ingin dilihat adalah molar, pengukuran frekwensi dan durasi dapat
dibuat secara langsung dari observasi. Dengan unti molacular, seperti pandangan
sekilas atau perubahan posisi tubuh, akan lebuh mudah jika observasi direkam
dengan videotape. Hal ini juga memberi keuntungan karena memungkinkan untuk
memberi kode pada berbagai perilaku.
Keuntungan :
·
Metode Checklist adalah sederhana untuk
dilakukan. Selain itu, metode dengan adanya pencatatan pada diskripsi
memungkinkan observer mengetahui konteks perilaku secara lengkap.
Kelemahan:
·
Dari metode ini adalah metode ini sedikit
menguras energi, karena selain observer mencantumkan koding pada tabel yang
sudah disediakan, observer juga harus memberikan diskripsi perilakunya.
D.
Data Frekwensi
Data frekwensi
diperoleh dengan menghitung jumlah dari waktu terjadinya suatu perilaku selama
periode obervasi. Hal ini dapat diwujudkan dalam bentuk satuan permenit, perjam
atau perhari sehingga memungkinkan untuk membandingkan – bandingkan antar satu
periode observasi lainnya dalam waktu yang berbeda. Pengukuran frekwensi dapat
dicatat dengan alat penghitung mekanik sederhana dan relative mudah dilakukan
terutama karena kita dapat melihatnya secara langsung, dan jika telah memiliki
defenisi yang jelas dan tidak ambigu. Jika kita tidak dapat
mengidentifikasikannya ketika suatu perilaku dimulai, maka kita tidak dapat
mengkodekannya secar reliabel. Akan tetapi, pengukuran frekwensi tidak dapat
memberi informasi mengenai durasi, intensitas maupun kualitas dari perilaku.
Kelebihan :
·
Tingkat keakuratannya tinggi
·
Pengukuran bersifat pasti sehingga
kesalahan pengukuran sangat kecil atau bahkan tidak ada.
Kelemahan :
·
Membutuhkan waktu yang lama dalam
mengobservasi.
·
Membutuhkan perhatian observer yang
konstan dan hanya bisa dilakukan untuk variabel yang kecil saja atau satu.
E.
Durasi
Pencatatan
durasi adalah pencatatan lama waktu setiap kali respon tersebut muncul, tidak
hanya mencatat waktu kemunculan tetapi juga waktu yang dibutuhkan oleh subjek
untuk melakukan respon tersebut. Data dilaporkan dalam bentuk peresentasi waktu
untuk setiap respon tertentu yang muncul.
Ketika suatu perilaku terjadi dalam rangkaian waktu yang
lebih panjang seperti misalnya, respon terhadap pernyatan-pernyataan atau
perilaku ‘gugup’ seperti menarik-narik
rambut, maka hal itu akan lebih baik jika menggunakan pengukuran durasi.
Seperti halnya frekwensi, kita harus dapat mengatakan kapan suatu perilaku
dimulai dan kapan perilaku itu berhenti. Respon pengukuran durasi dapat
ditraformasikan kedalam data frekwensi, presentase dari total waktu dan
rata-rata lamanya respon tersebut. Sebagai tambahan dari pengukuran terhadap
durasi dari respon itu sendiri, kita dapat juga mengukur waktu antara stimulus
spesifik dengan respon atau disebut juga ‘period laten’. Sebagai contoh, waktu
antara akhir dari suatu pernyataan dan awal suatu respon, atau disebut juga waktu
antar respon (inter-respon time). Pengukuran waktu (stopwatch) atau jam pada
vodeotape dapat digunkan untuk mengukur durasi waktu.
F.
Pencatatan Interval
Sattler (2002) menjelaskan bahwa interval recording biasa
juga disebut dengan time sampling, interval sampling, atau interval time
sampling, dimana pencatatan tersebut merupakan salah satu teknik observasi yang
berfokus pada perilaku spesifik dalam interval waktu tertentu. Dalam interval
recording, pencatatan dilakukan pada perode interval yang sama dan observer
mencatatan sejumlah perilaku yang muncul selama interval tertentu.
Terdapat beberapa
prosedur pada interval recording, yaitu:
1.
Partial – interval time sampling, yaitu
observer mencatat perilaku hanya sekali, dengan mengabaikan berapa lama itu berakhir
atau berapa banyak waktu yang dibutuhkan pada interval tersebut.
2.
whole – interval time sampling, yaitu
observer mencatat perilaku hanya pada waktu interval dimulai dan diakhir
interval tersebut. Metode ini pada umumnya digunakan ketika kita ingin mengetahui
perilaku mana yang dimunculkan subyek secara terus menerus dalam satu interval.
3.
point time interval sampling, yaitu
observer mencatat perilaku hanya pada waktu spesifik dalam interval tertentu.
sebagai contoh : observer mungkin mencatat perilaku yang spesifik, apabila
prilaku itu muncul pada 10 detik pertama dalam satu jam.
4.
Momentary time interval sampling, yaitu
observer mencatat perilaku hanya pada moment, interval dimulai dan diakhiri.
sebagai contoh, apabila interval waktu 30 detik, kamu mencatat hanya perilaku
yang diobservasi pada akhir interval 30 detik tersebut. kita dapat menggunakan
prosedur ini untuk sebuah kelompok subyek.
5.
Variabel interoccasion interval
sampling, yaitu observer mencatat perilaku yang hanya terjadi selama waktu yang
dipilih secara acak dalam interval
ð Jam
pertama – menit ke 30 sampai menit ke 31
ð Jam
kedua – menit ke 20 sampai menit ke 21
ð Jam ketiga – menit ke 2 sampai menit ke 3
ð Jam
keempat – menit ke 59 sampai menit ke 60
beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika hendak
melakukan interval recording, observer harus memutuskan .
a) jumlah
waktu yang digunakan untuk mengobeservasi subyek.
b) panjangnya periode observasi,
c) periode
waktu selama observasi yang akan diselenggarakan,
d) tipe interval recording yang ingin digunakan,
e) panjangnya
interval observasi,
f) panjangnya
pencatatan interval, apabila dibutuhkan,
g) target
perilaku yang ingin diobservasi,
h) metode
pencatatan data.
Keuntungan Interval Recording
·
membantu menggambarkan waktu yang
penting-hubungan perilaku.
·
memfasilitasi pemeriksaan untuk
realibilitas interobserver.
·
membantu memastikan perilaku yang
ditemukan pada saat observasi dalam jangka waktu yang sama.
·
menggunakan waktu yang efisien.
·
fokus pada perhatian observer pada
perilaku subyek.
·
Membantu mengumpulkan sejumlah besar
observasi dalam periode waktu singkat
Kelemahan Interval Recording
·
Perilaku yang diobservasi tampak
berurutan, karena interval waktu- bukan karena perilaku tersebut.
·
Hubungan antar perilaku dan permasalahan
terlihat berlebihan
·
tidak mengungkapkan frekuensi secara
actual atau durasi dari perlaku.
G.
Rating
Sattler (2002) menjelaskan bahwa pada rating recording,
observer merate perilaku pada skala atau checklist, yang terkadang pada akhir
periode observasi. Setelah skala dirancang, observer dapat mengindikasikan
derajat (a). Atribut yang telah diobservasi (e.g comparatif, agresif) atau (b).
Kita merasa atribut tersebut terdapat pada subyek. Nilai yang dihasilkan berupa
nilai ordinal.
Rating recording digunakan untuk mengevaluasi aspek
global perilaku dan untuk mengkuantifikasi sebuah kesan. The behavioral and
attitude checklist, merupakan salah satu prosedur rating yang dapat digunakan
untuk menilai perilaku ketika kita mengadministrasikan tes. Rating scale
digunakan untuk asesmen perilaku atau produk yang susah untuk diukur secara
langsung. Sebagai contoh, kita dapat menggunakan rating scale yang memiliki
range dari sangat lemah dengan nilai (1) ke excellent nilai (7) untuk
menilai kemampuan membaca tulisan tangan.
Keuntungan rating:
·
Memungkinkan sudut pandang umum
·
Memungkinkan untuk mencatat beberapa
perilaku yang berbeda
·
Dapat digunakan untuk menilai perilaku
pada beberapa individu atau kelompok
·
Dapat mencatat aspek kualitatif perilaku
·
Data di generalisasikan pada data
statistikal
·
Waktunya efisien
Kelemahan rating recording
·
Harga skala yang digunakan mungkin
berdasarkan pada asumsi yang tidak jelas
·
Memiliki reliabel interobserver yang
lemah karena interpretasi yang berbeda tiap observer.
·
Tidak cocok mencatat informasi
kuantitatif yang penting, seperti frekuensi, durasi atau latensi perilaku.
·
Tidak akurat apabila ada penundaan waktu
antara perilaku yang diobservasi dan nilai observer terhadap perilaku.
Agar observasi bisa memperoleh hasil yang maksimal, hanna
djumhana (1983) dan ellis, CM (2004) menunjukan beberapa persyaratan yang perlu
dimiliki oleh observer yaitu:
1.
Mengingat esensi observer adalah
melakukan pengamatan dengan memanfaatkan pancaindra, oleh sebab itu observer
harus memiliki panca indra yang baik. Dalam kegiatan konseling, lazimnya indra
mata dan telinga berperan dari pada indra lain.
2.
Observer perlu memiliki motivasi dan
kesediaan untuk melakukan observasi. Kondisi seperti ini perlu selalu
dikembangkan karena hal ini mendorong adanya perhatian dan sikap waspada dalam
melakukan observasi. Untuk memelihara dan meningkatkan motivasi untuk melakukan
observasi, individu perlu selalu menyadari bahwa melalui observasi bisa
mengumpulkan data kualitatif berkenaan dengan gejala yang diamatinya.
3.
Pengetahuan dan pengalaman melakukan
observasu perlu dikembangkan, yaitu: (1) mengkaji teeori, (2) pelatihan
teknik-teknik observasi, dan (3) melatih diri menerapkan dalam suasana
konseling dan dalam kehidupan sehari-hari.
4.
Observasi seyogyanya mengambil sikap
netral, bebas prasangka, dan tidak terlalu cepat mengambil simpulan . hal yang
dipandang penting sebab prasangka sering menimbulkan berbagai penyimpangan dan
salah sangka yang menyebabkan gambaran yang salah mengenai gejala yang diamati.
Dalam observasi, kesan-kesan yang diperoleh seyogyanya selalu diperiksa kembali
dengan bahan dan atau sumber yang lain ( tringulasi ), sebab bisa jadi kesan
tersebut baru dugaan sementara.
5.
Dalam melakukan observasi, sebaiknya
observer juga memperhatikan kondisi tubuhnya, sebab dalam kondisi terlalu lelah,
sakit, dan tidak berminat, mengakibatkan
hasil observasi kurang optimal.
6.
Ada baiknya jika observer utamanya
konselor dan peneliti kualitatif mengenal latar belakang sosial budaya dan
agama konseli dengan baik, sebab dengan pemahaman itu memungkinkan observer
memahami makna yang sebenarnya dibalik perilaku yang nampak.
7.
Khusus bagi konselor, dalam situasi
konseling seyogyanya mampu menciptakan relasi (repport) yang baik dengan
konseling agar terjadi suasana akrab, dengan demikian diharapkan konseli dapat
dengan sepenuh hati mengungkapkan dirinya sebagaimana adanya.
8.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan
konselor adalah sesegera mungkin mencatat data observasi sebelum lupa.
9.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Ada beberapa alat bantu
yang bisa dimanfaatkan oleh observer dalam menggunakan metode observasi, yaitu:
a)
Daftar riwayat kelakuan,
b)
Catatan berkala,
c)
Daftar cek (ceklist),
d)
Skala penilaian,
e)
Alat mekanik/elektrik (seperti: tape
recorder, handphone, handycam, camera CCTV)
Observasi
merupakan salah satu metode assessment yang dilakukan dengan cara mengamati dan
merekam sebuah perilaku yang bertujuan untuk mendapatkan data tentang sebuah
masalah, sehingga didapatkan pembuktian terhadap informasi yang diperoleh.
Dalam observasi diperlukan beberapa metode dan teknik, baik dalam pelaksanaan
maupun dalam pencatatan data observasi itu sendiri, agar tujuan assesment
tersebut dapat tercapai. Sattler (2002) menguraikan beberapa teknik dalam
pencatatan data observasi, yaitu:
·
Data narasi
·
Data videotape
·
Checklist
·
Data frekwensi
·
Durasi
·
Pencatatan interval
·
Rating
DAFTAR
PUSTAKA
http://kerakukirakurakura.blogspot.com/2010/03/my-first-blog.html
http://dunia-penelitian.blogspot.com/2011/12/teknik-pencatatan-perekaman-data-dalam.html
Satteler, J. M. 2002. Assesment of children behavioral and clinical
applications fourth edition. Publiser, Inc: San Diego.
http://pemudaumat.blogspot.com/2012/11/meotde-observasi-psikologi-check-list.html